Dengan kemajuan ilmu diabad 20, maka kita makin sadar bahwa
bayi-bayi preterm memerlukan perawatan khusus , dibuktikan dengan pengembangan
dibidang perawatan intensif neonatal. Prematuritas ini menjadi masalah nasional
oleh karena memberikan kontribusi pada kematian bayi yang cukup tinggi ,
padahal kematian bayi ini menjadi tolok ukur untuk sistem pelayanan kesehatan
secara international. Sebagai contoh tahun 1993, USA menempati urutan ke 22 setelah
Jepang, Singapura, Jerman dan sebagian besar negara -negara Skandinavia (
Paneth 1995 ). Negara-negara yang mempunyai angka persalinan preterm yang cukup
tinggi makin tinggi pula angka kematian bayinya. Tahun 1994 di USA ditemukan
31000 bayi meninggal, dimana 63% meninggal dalam 4 minggu pertama kelahiran (
0-27 hari ) dan prematuritas memberikan kontribusi paling sedikit 2/3 dari
kematian bayi ini.
Definisi
Tahun 1935 Akademi Pediatric Amerika mendefinisikan prematuritas
adalah kelahiran hidup bayi dengan berat < 2500 gram ( Cone 1985 ). Kriteria
ini dipakai terus secara luas, sampai tampak bahwa ada perbedaan antara usia
hamil dan berat lahir yang disebabkan adanya hambatan pertumbuhan janin. WHO
1961 menambahkan bahwa usia hamil sebagai kriteria untuk bayi prematur adalah
yang lahir sebelum 37 minggu dengan berat lahir dibawah 2500 gram.
Permasalahan.
Yang menjadi masalah dalam persalinan preterm adalah :
1.
Seberapa
jauh kemampuan seorang ahli kebidanan dalam mengupayakan agar bayi yang lahir
tersebut mempunyai kemampuan hidup yang cukup tinggi diluar rahim dengan jalan
:
- Menunda
persalinan sehingga mencapai usia hamil yang cukup bulan.
- Pemberian obat-obat untuk memacu kematangan
paru janin didalamrahim.
- Merencanakan cara persalinan preterm yang
tepat.
2.
Seberapa
jauh kemampuan seorang neonatologist merawat bayi yang lahir preterm antara lain
dengan upaya-upaya :
- Perawatan intensif untuk bayi prematur yang
baru lahir ( NICU ).
- Pemberian obat-obat yang mampu menanggulangi
komplikasi kegagalan napas pada bayi ( RDS ), misalnya pemberian surfaktan intratracheal pada neonatus
preterm.
3.
Seberapa
besar dana yang diperlukan untuk merawat bayi-bayi yang lahir preterm, dengan
perencanaan perawatan intensif neonatus.
4.
Seberapa
jauh kemampuan kita untuk menanggulangi masalah-masalah yang berkaitan dengan
kualitas hidup bayi - bayi yang berhasil diselamatkan baik akibat dari kondisi
yang berkaitan dengan prematuritas maupun akibat dari perawatan yang dilakukan
dirumah sakit.
Dampak jangka pendek.
Komplikasi jangka pendek pada bayi yang lahir preterm selalu
dikaitkan dengan pematangan paru janin
yang belum sempurna, antara lain Respiratory Distress Syndrome (RDS), Intra
Ventricular Haemorrhage (IVH) dan Necrotizing Enterocolitis (NEC).
Dampak jangka panjang.
Allen dkk ( 1993 ), mengemukakann bahwa bayi-bayi yang lahir pada
usia hamil 23-24 minggu yang berhasil diselamatkan menunjukkan komplikasi
kelainan otak yang cukup berarti ( 79 % atau lebih ). Hack dkk ( 1994 )
melakukan pengamatan terhadap 60 anak yang lahir dengan berat 750 gr. sampai
dengan usia sekolah ternyata mempunyai masalah dalam hal ketrampilan. 45 % dari
bayi - bayi preterm yang hidup memerlukan sarana penddikan khusus , dimana 21 %
mempunyai IQ < 70 dan banyak yang mengalami hambatan pertumbuhan dan daya
penglihatan yang dibawah normal.
Sedangkan bayi-bayi preterm yang lahir lebih tua ( 32-34 minggu )
dan mempunyai berat lahir yang lebih besar masih juga mempunyai risiko jangka
pendek yang berupa RDS ,bahkan komplikasi jangka pendek ini masih bisa terjadi
pada 6% bayi yang lahir dengan usia hamil 35-38 minggu.
Penyebab dari persalinan
preterm.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian persalinan preterm
antara lain :
1.
Komplikasi
medis maupun obstetrik .
Kurang lebih 1/3 dari kejadian persalinan preterm
disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan komplikasi medis ataupun
obstetrik tertentu misalnya pada kasus-kasus perdarahan antepartum ataupun
hipertensi dalam kehamilan yang sebagian besar memerlukan tindakan terminasi
saat kehamilan preterm .
2.
Faktor
gaya hidup.
Kebiasaan merokok ( DiFronza & Lew 1995 ), kenaikan
berat badan ibu selama hamil yang kurang ( Hickey 1995 ) serta penyalahgunaan
obat ( kokain ) dan alkohol merupakan faktor yang berkaitan dengan gaya hidup seseorang yang
bisa dihubungkan dengan persalinan preterm.
3.
Infeksi
dalam air ketuban ( Amniotic Fluid Infection ).
Infeksi pada jaringan korioamniotik ( korioamnionitis ),
yang disebabkan berbagai jenis mikroorganisme pada alat reproduksi wanita
dikaitkan dengan kejadian persalinan preterm pertamakali dikemukakan oleh Knox
& Haernes ( 1950 ). Bobbit & Ledger (1977)
memperkenalkan infeksi subklinik dari cairan ketuban sebagai penyebab
persalinan
4.
Ketuban
pecah prematur pada kehamilan preterm ( KPP preterm ).
Suatu reaksi inflamasi yang ditemukan pada tempat
pecahnya selaput amnion pada KPP preterm telah diketahui sejak 1950 dan ini
memberikan gambaran yang lebih nyata tentang infeksi.
Gejala klinis dari
persalinan preterm.
Tanda-tanda klinis dari persalinan preterm adalah didahului dengan
adanya kontraksi
uterus dan rasa menekan pada panggul ( menstrual like cramp , low
back pain ) kemudian diikuti dengan keluarnya cairan vagina yang mengandung
darah ( Iams dkk 1990 ; Kragt & Keirse 1990 ) diikuti penipisan atau
pemendekan servik. Selanjutnya Iams dkk. ( 1994 ), mengemukakan bahwa gejala
klinis tersebut merupakan tanda-tanda terakhir dari proses persalinan preterm
oleh karena hal tersebut terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya persalinan.
Pengelolaan persalinan
preterm.
Oleh karena usia hamil dan berat lahir merupakan faktor penentu dari
fetal survival maka Yang menjadi tujuan utama pengelolaan persalinan adalah :
1.
Meningkatkan
usia hamil
2.
Meningkatkan
berat lahir
3.
Menurunkan
morbiditas dan mortalitas perinatal
Pada dasarnya apabila tidak ada bahaya untuk ibu dan/atau janin maka
pengelolaan persalinan preterm yang membakat adalah konservatif, yakni :
1.
Menunda
persalinan dengan tirah baring dan pemberian obat-obat tokolitik misalnya Terbutalin
ataupun Nifedipine oral
2.
Memberikan
obat-obat untuk memacu pematangan paru janin yaitu dengan Betamethason 12-16 mg
(3- 4 amp) / im / hari diberikan selama 2 hari (Liggin & Howie 1972) atau
Dexamethason 6 mg /im, diberikan 4 dosis tiap 6 jam sekali
3.
Memberikan
obat-obat antibiotika untuk mencegah risiko terjadinya infeksi perinatalAmpisilin
Sulbactam parenteral 2 X 1,5 gr. selama 2 hari , kemudian dilanjutkan oral 3 X
375 mg./hari selama 5 hari. Obat antibiotik yang lain sebaiknya dipilih
obat-obat Gol. B ( Klasifikasi FDA untuk obat-obat untuk ibu hamil) terutama
dianjurkan derivat penisilin / ampisilin mengingat efek teratogenik terhadap
janin.
4.
Merencanakan
cara persalinan prterm yang aman dan dengan trauma yang minimal.
5.
Mempersiapkan
perawatan neonatal dini yang intensif untuk bayi-bayi prematur.